Thursday, February 12, 2015

Jalan-jalan ke Kebun Raya Bogor


Kawasan Kebun Raya Bogor sejak zaman Belanda sudah dikenal sebagai tempat koleksi tanaman, tempat peristirahatan gubernur jendral belanda. Yang kemudian, menjadi paru-paru kota Bogor, sekaligus tempat penelitian dan pusat pembelajaran ilmu botani yang terkenal di Indonesia. Manfaatnya lainnya Kebun Raya tersebut bisa dijadikan tempat wisata keluarga tanpa batasan umur.

Ada orang mengatakan orang yang belum sampai ke kebun raya berarti belum sampai ke Bogor, karena semua penduduk kota Bogor pasti tahu dengan kebun raya Bogor. Disamping banyaknya kuliner dan kegiatan perekonomian di sekeliling kebun raya bogor.

Untuk sementara ini, hutan atau taman yang berada di tengah-tengah kota yang berada di Indonesia hanya ada di kota Bogor. Apakah ada kota lain di Indonesia yang akan menyusul seperti kota Bogor? Mungkin saja ada, tapi tergantung pada ide pejabat yang memimpin sebuah kota dan berpikiran jauh ke depan, seperti zaman Prof. Caspar Georg Karl Reinwardt yang merupakan tokoh pendiri kebun raya Bogor.

Kebanyakan dari kota-kota di Indonesia, pemimpin atau walikotanya sudah berpikir untuk membuat taman, atau tempat rekreasi keluarga bagi penduduknya walaupun pada lahan yang sempit sekalipun. Namun untuk membuat kebun seluas kebun raya Bogor, memang perlu pemikiran yang jauh kedepan.

Saya sendiri sudah berulangkali datang ke Kebun Raya Bogor sejak tahun 1995, namun tak pernah bosan dan selalu berkeinginan untuk membawa keluarga untuk berwisata, walaupun baru sekarang bisa menjadi kenyataan dengan karcis masuk seharga Rp. 14.000,-/orang yang dapat dijangkau dengan angkot dari beberapa jurusan.

Pohon Akar
Taman Koleksi Tanaman Obat
Akar Banir Pohon Besar
Bagi yang pernah kekebun raya Bogor pasti terkesan dan akan mengulangi untuk datang lagi, namun bagi yang belum pernah karena ia belum pernah datang ke Bogor, silahkan mencoba.

Wednesday, February 11, 2015

Jalan-jalan ke Kampus Biodiversitas IPB Bogor

Bogor dikenal sebagai kota hujan dan memiliki kebun raya di tengah kotanya. Sejak dulu kebun raya tersebut sudah dijaga dan dipelihara dengan baik. Sayapun sudah beberapa kali mengunjungi kebun raya tersebut dan memiliki kesan tersendiri tentang kebun raya tersebut. Sekarang, ceritanya bisa saya rinci, karena mungkin ada gunanya untuk orang yang akan mengunjungi kota Bogor. Begini kisahnya.

Tanggal Tujuh februari saya berangkat dari Pontianak menuju Jakarta menggunakan Singa Terbang selama kurang lebih 85  menit sudah landing di Soekarno-Hatta. Kemudian saya ke Bogor menggunakan Bus Damri dengan biaya 55 ribu rupiah dengan waktu tempuh perjalanan sekitar 2 jam sudah sampai di Terminal Bus Damri Baranangsiang Bogor. (didepan Botani Square Mall).

Kota Bogor cukup padat, banyak angkot yang memadati jalan raya sehingga dijuluki kota Sejuta Angkot. Memang pantas julukan ini untuk kota Bogor. Karena saya menginap di pinggiran kota, tepatnya di kecamatan Ciampea sehingga untuk menuju tempat menginap terasa sekali kemacetannya.

Untuk mengisi waktu selama di Bogor, saya menyempatkan diri mengunjungi dan mengenali kampus IPB lebih dekat lagi. Walaupun 13 tahun lalu saya pernah juga mengunjungi kampus tersebut dan terkesan dengan perkembangan kegiatan di kampus tersebut, terutama keramaian di jalan rayanya, kemudian taman-taman yang masih terpelihara dan yang lebih mengagumkan lagi adalah kemegahan kampus, termasuk orang-orang yang belajar disana yang datang dari berbagai penjuru tanah air.

Bersama Istri Tercinta
Bersama Istri dan Ananda di Halaman Rektorat IPB
Duduk di Halaman Lapangan menghirup Udara Segar Kampus Biodiversitas
Latar Belakang danau LSI IPB Dramaga